Kisah Siti Masyitoh
Assalamu’alaikum guys! Hola!
Konbanwa! Di artikel kali ini, aku bakal menceritakan kisah singkat
tentang kehidupan seorang wanita muslim yang menjadi syahidah.
Siapakah dia??? Daripada terus penasaran, klik Read More-nya
ya guys!
Siti
Masyitoh. Mungkin kalian cukup asing dengan nama ini. Boleh jadi, ia
cukup asing di bumi ini, namun sangat terkenal di langit-Nya. Eh,
beneran lho! Kenapa ia sangat terkenal di langit-Nya? Ada yang tahu??
Yups! Ia menjadi salah satu perempuan yang mati dalam keadaan
syahidah di jalan Allah. Nah, buat kalian yang belum tahu apa itu
syahid dan syahidah, aku jelasin ya!
- Syahid : Seorang muslim yang mati dalam keadaan beriman kepada Allah dan Rasulnya. Dan dalam membela agama Allah.
- Syahidah : Seorang muslimah yang mati dalam keadaan beriman kepada Allah dan Rasulnya. Dan dalam membela agama Allah.
Nah,
karena aku sudah menjelaskan kepada kalian apa itu syahid dan
syahidah, aku akan menceritakan kisah mati syahidahnya seorang Siti
Masyitoh dibawah ini ya!
________________________________________________________________________________
Dahulu
kala, di negeri Mesir pada zaman kepemimpinan raja Fir’aun,
hiduplah seorang dayang Fir’aun yang tugasnya menyisiri rambut
orang-orang di kerajaannya. Ialah Siti Masyitoh. Ia sudah
berkeluarga. Ia beserta keluarga kecilnya adalah keluarga mualaf. Ia
dikaruniai 2 orang putra kecil. Mereka ini adalah keluarga mualaf
yang status agamanya tidak diketahui oleh orang-orang kerajaan. Jadi,
bisa dibilang mereka merahasiakan bahwa agama mereka adalah islam.
Bagaimana cara mereka menjadi keluarga mualaf? Singkat cerita, saat
agama islam mulai memasuki negeri Mesir dan masuk ke dalam
kerajaannya Fir’aun, hati Siti Masyitoh beserta sang suami-pun
tergerak untuk memasuki agama Allah yang penuh kebenaran ini. Maka,
mereka-pun resmi menjadi pasangan muslim dan muslimah beserta kedua
putranya. Dan hal ini tentu tidak diketahui oleh Fir’aun dan
penghuni kerajaan.
Suatu
ketika, saat ia sedang menyisiri salah satu anak perempuannya
Fir’aun, ia kelepasan mengucap “Bismillah.”. Kaget bukan main
sang anak Fir’aun. Maka, ia-pun mulai menginterogasi Siti Masyitoh.
“Apa
yang kau ucapkan tadi?” Ucap sang putri denga sinis.
“Bismillah.”
Jawab Siti Masyitoh tanpa ragu.
“Apa
kau mengakui bahwa ada tuhan selain ayahku?” Tanya sang putri
dengan geram.
“Iya.”
Jawab Siti Masyitoh kepada sang putri.
Bertambahlah kegeraman sang putri kepada Siti Masyitoh. “Apa? Akan
kulaporkan kau kepada ayahku!”
Siti
Masyitoh hanya bisa diam, dan menunggu apa yang akan terjadi padanya.
Tentu setelah sang putri kerajaan melaporkan perbuatannya kepada
Fir’aun.
Tidak
perlu memerlukan waktu yang lama, sang putri sudah melaporkan
perbuatan Siti Masyitoh kepada Fir’aun. Segera saja, Fir’aun
memanggil Siti Masyitoh untuk datang menghadapnya.
“Wahai
Siti Masyitoh, benarkah kau mengakui bahwa adanya tuhan di dunia ini
selain diriku?” Tanya Fir’aun dengan murka.
“Benar
wahai raja.” Jawab Siti Masyitoh tanpa ragu.
“Katakan,
siapa dia?” Tanya Fir’aun geram.
“Allah
Subhanahu Wata’ala, raja. Ialah tuhanku, dan juga Tuhanmu. Ialah
Tuhan semesta alam.” Jawab Siti Masyitoh dengan berani.
Kemurkaan,
keangkuhan, dan ke-egoisan meliputi diri Fir’aun. Maka, ia-pun
memaksa Siti Masyitoh untuk mengakui bahwa ialah tuhannya, serta
memasa Siti Masyitoh untuk meninggalkan Islam.
Namun,
Siti Masyitoh tetap berpegang teguh pada pendiriannya. Ia ber-sikukuh
pula pada Fir’aun untuk tidak meninggalkan agama Allah dan mengajak
Fir’aun untuk masuk ke dalam agamanya Allah.
Emosi
Fir’aun sudah memuncak tinggi dalam dirinya. Ia sudah tidak bisa
berpikir rasional lagi. Ia-pun meneriaki para dayangnya.
“HEI
KALIAN! SIAPKAN SEBUAH PERAPIAN RAKSASA SERTA BEJANA RAKSASA YANG
CUKUP UNTUK MANUSIA! REBUSLAH AIR DALAM BEJANANYA! SEKARANG!”
Perintah Fir’aun yang langsung dituruti oleh para dayang istana.
Setelah
memerintahkan hal tersebut pada dayangnya, Fir’aun meminta
prajuritnya untuk membawa kedua putra dan suami Siti Masyitoh ke
tempat perapian.
Tak
berselang lama kemudian, diatas perapian raksasa, sudah ada bejana
raksasa berisi air mendidih. Dibawanya keluarga kecil Siti Masyitoh
ke area perapian. Sudah ada para penghuni istana beserta keluarga
Fir’aun tentunya. Untuk yang terakhir kalinya, Fir’aun bertanya.
Ah tidak, lebih tepatnya, ia memberi dua pilihan pada Siti Masyitoh
beserta sang suami.
Pilihan
pertama, Siti Masyitoh beserta sang suami mengakui bahwa Fir’aun-lah
satu-satunya tuhan di dunia ini, dan meninggalkan Islam. Maka mereka
sekeluarga batal direbus hidup-hidup.
Pilihan
kedua, Siti Masyitoh beserta sang suami tetap mengakui bahwa
Allah-lah tuhan mereka dan tuhan Fir’aun juga. Tapi, mereka
sekeluarga tetap direbus hidup-hidup tanpa pengecualian.
Diluar
dugaan, ternyata Siti Masyitoh beserta sang suami bersikukuh dalam
pilihan kedua. Maka, tanpa belas kasihan, Fir’aun menyuruh
prajuritnya untuk merebus suami dari Siti Masyitoh dahulu. Kemudian,
barulah putra pertamanya Siti Masyitoh. Setelah ini, giliran ia
beserta sang putra bungsunya yang masih bayi.
Saat
itulah, keimanan Siti Masyitoh diuji. Hatinya mengatakan bahwa,
akuilah bahwa Fir’aun tuhannya, maka ia dan putra bungsunya tidak
jadi direbus setelah putra sulungnya. Disaat keimanannya mulai goyah,
Allah kembali menguatkan hati Siti Masyitoh. Dengan cara apa? Allah
menjadikan putra bungsunya Siti Masyitoh, menjadi bayi yang Mau’nah.
Sang bayi berkata: “Wahai Ibunda. Tetaplah berpegang teguh pada
pendirianmu dalam agama Allah. Janganlah engkau ragu dengan agama
yang benar ini. Tetaplah teguh pada jalanNya.” Ucap sang anak, yang
pastilah dikehendaki oleh Allah.
Maka,
dengan ringan hati, ia dibawa oleh prajurit Fir’aun mendekati
bejana raksasa bersama putra bungsunya. Dan dalam sekian detik, ia
bersama putra bungsunya masuk ke dalam bejana raksasa. Dan dalam
hitungan detik pula, ia dan putra bungsunya menjadi syahid dan
syahidah. Menyusul anak sulung dan suaminya.
Begitulah,
kisah hidup Siti Masyitoh. Sang wanita mulia yang membela agama
Allah. Sungguh indah akhir dari kisah hidupnya.
Ada
suatu riwayat Hadis sahih yang berbunyi seperti ini:
Rasulallah
SAW pernah bercerita. Saat ia sedang melakukan perjalanan Isra
Mi’raj, ia mencuim wangi yang tidak bisa digambarkan dan tidak
pernah ada di dunia (yang fana) ini. Ia-pun bertanya pada malaikat Jibril.
“Wahai
Jibril, wangi apakah yang tadi kucium?” Tanya Rasulallah SAW kepada
malaikat Jibril.
“Wahai
Muhammad, itu tadi adalah wangi tubuh Siti Masyitoh. Ia menjadi
syahidah yang membela agama Allah walaupun dia mendapat banyak
rintangan berat.” Jawab Malikat Jibril
________________________________________________________________________________
Oke
guysss.... So, udah dapat poin penting dari kisah Siti Masyitoh ini
belum? Pasti sudah kan’? Nah, karena itulah, tulis poin penting
yang kalian dapatkan dari kisah Siti Masyitoh ini di kolom komentar
yach! :)
Dan...
Kisah ini diceritakan oleh guru kelas 6 aku (Namanya Kak Fathiyah) yang aku ringkas dengan
versi aku sendiri, namun intinya tetap sama. Jadi, kalau ada kekurangan maupun kelebihan di
artikelku kali ini, kalian bisa tegur aku ya! Dan mohon maaf banget
atas kekurangan maupun kelibihan dalam artikel ini. Sesungguhnya
kesempurnaan itu, hanya milik Allah semata :).
Byeee...,
Assalamu’alikum..
Comments
Post a Comment