Ke Bogor
Hai guys…! Ketemu lagi kita di blog aku. Kali ini, aku bakal menceritakan
pengalamanku ke Bogor. Silahkan di baca teman-teman.. 😆😄😃💗
Petualangan kami dimulai dari stasiun Depok. Aku dan bunda naik KRL tujuan stasiun Bojong Gede, sedangkan ayah mengendarai motornya dari stasiun Depok ke stasiun Bojong Gede. Kami akan bertanding, siapa yang paling cepat sampai stasiun Bojong Gede (walaupun aku tahu siapa yang duluan sampai, hehehe) sekaligus menghitung perbedaan waktu saaat sampai di stasiun Bojong Gede.
Hari Sabtu, tanggal 2 Februari 2019, aku, ayah, dan bundaku pergi ke Bogor. Untuk apa? Baca dulu sampai akhir!
Petualangan kami dimulai dari stasiun Depok. Aku dan bunda naik KRL tujuan stasiun Bojong Gede, sedangkan ayah mengendarai motornya dari stasiun Depok ke stasiun Bojong Gede. Kami akan bertanding, siapa yang paling cepat sampai stasiun Bojong Gede (walaupun aku tahu siapa yang duluan sampai, hehehe) sekaligus menghitung perbedaan waktu saaat sampai di stasiun Bojong Gede.
Karena aku dan bunda hanya melewati 1 stasiun, yakni stasiun Citayam, jadi perjalanan
menuju stasiun Bojong Gede hanya memerlukan waktu 15 menit. Namun untuk ayah
yang menaiki motor, ayah memerlukan waktu 30 menit. 2 kali lipat dari waktu
perjalanan aku dan bunda. Akhirnya sampai juga! Setelah tapping keluar dari
stasiun, kamipun berjalan ke tempat penitipan motor langganan ayah.
Aku mencuci tanganku sebelum
duduk di tempat penitipan motor langganan ayah. Setelah menghabiskan 1/3 energiku
untuk berjalan dari stasiun Bojong Gede ke tempat penitipan motor ayah ini,
akupun membuka salah satu kotak makanku yang berisi snackku.
Aku bisa makan snack, karena
bunda pakai acara muter dulu! Harusnya tidak menyebrangi rel kereta, malah
menyebrangi rel kereta! Karena bunda salah exit gate! Iyaa.. salah aku juga
yang enggak ngingetin bunda sih ya! Aku dan bunda keluar menggunakan exit gate
pertama, yakni yang terletak di depan. Kalau mau dekat, ada 2 pilihan exit
gate, dan keduanya sama-sama di belakang. Akhirnya, setelah makan 1 potong kue
bika ambon serta minum dan cuci tangan, ayahpun sampai juga.
Jadi, aku langsung masukin barang-barang yang kukeluarkan untuk makan tadi.
Pagi ini, di Depok cuacanya agak berawan, dan di bogor justru mendung. Kalau
tidak mendung, kami bisa melihat siluet gunung Salak dengan jelas! Tapi kalau
mendung, siluetnya jadi buram. Oh iya, karena aku sudah mau sampai, aku beritahu kalian apa tujuan kami bertiga ke bogor ya!
Yakni untuk.... melihat kemajuan dari pembangunan rumah kami!!! Segala puji
bagi Allah SWT, Alhamdulillah, kami akan segera memiliki rumah di bogor.
Uwahh.. Dibilang perumahan? Bukan. Perumnas? Bukan juga! Jadi disebut saja
’Jejeran rumah’. Itu karena rumahku berada di posisi jejeran rumah kedua dari 2
rumah! Sebenarnya ada 1 rumah lagi disebelah kananku. Cuma belum dibangun.
Inilah dia! Kerangka rumah kami! Fuy yo! 3 kata
untuk menggambarkan dan mendefinisikan rumah ini (bagiku) : bagus, kokoh, serta
sederhana.
Setelah aku berkenalan dengan keempat pekerjanya, bunda memberikan buah
tangan dari kami untuk para pekerjanya! Karena mereka telah berjasa dengan
terlibat dalam pembuatan rumah kami. Buah tangan kaami berupa snack-snack kecil
dan gorengan (teman sejati para pekerja guys.. ^_^). Juga minuman
seduh berupa lemon tea sasetan, dan juga susu kedelai bantal.
Setelah memberikan buah tangan tersebut, kamipun tracking pagi menelusuri
jalur kebun orang. Disebelah rumah tetangga kiri kami terdapat kebun yang
besarnya 3 kali lipat dibanding sekolahku, dan pemiliknya berbeda-beda.
Kalau kami terus telusuri jalur tracking ini, kami bisa melewati sungai kecil
dan melewati perumahan juga lho guys! Wih! Panjang banget kan, jalur
trackingnya! Setelah menyusuri jalur tracking sampai beberapa puluh meter,
kamipun melihat seorang petani yang sedang bertani di ladangnya yang sudah
bersih dari tanman-tanaman. Rata-rata petani di sini, menanamnya 2 tanaman,
yakni tanaman pohon Singkong dan tanaman pohon Jagung.
Pas banget! Saat kami akan mengakhiri tracking pagi ini, aku sudah ingin ke masjid. “Bun, boleh tolong temenin aku ke toilet masjid kah?” tanyaku
pada bunda yang langsung bunda iyakan. Jalan kaki dari rumahku ke masjid,
kira-kira 5-8 menit. Saat kami sedang jalan sambil melihat-lihat sekitar, dan
kebetulan aku melihat ke belakang..
PLUNG! PLAK. PLOK. BLA BLA BLA. HAHAHAHA! Ada seorang Ibu-ibu dari rumah
berwarna hijau Toska yang melempar sekantong besar sampah dari dalam rumahnya
ke kali! Dan bunyi plak plok itu rupanya bunyi ia menepuk-nepuk tangannya! Dan
setelah itu ia seperti berbincang dengan seseorang lalu tertawa! Hiyysh... Gereget sekali aku!Setelah kejadian itu,
aku dan bundapun berbincang, dan inilah dialog kami:
“Astaghfirullah.. kak, perbuatan seperti itu, bagus dicontoh?”
“Gak sama sekali!”
“Kita jadi muslim yang baik dengan cara?”
“Bilangin baik-baik!”
“Heh? Bukan kak! Coba pik-“
“Ha! kita mencontohkan yang baik –baik dulu!”
“Nah betul tuh kak!”
“Iya. Warga disini harusnya bersyukur lho, sudah dikasih alam yang indah
oleh Allah, tinggal dijaga aja kok! Eh, dititipin, bukan dikasih!”
“Iya kak. Bener tuh kak!”
“Lagian juga, alam yang sudah Allah titipkan ini harusnya kita jaga! Bukan
malah dirusak!”
“Iya kak. Bener. Nanti kita contohin duluan ya!”
“He eh.”
Begitulah dialaog kami yang bermanfaaat guys.. oke, lanjut lagi! Di sebelah
kanan jalan ini terdapat toko pakaian bekas yang masih bagus dan sudah dicuci
sampai bersih lho! Kebanyakan pakaian di toko tersebut bekas, namun tetap ada
pakaian masih baru yang dijual. Sesampainya di masjid, aku melakukan suatu hal dengan
segera. Kami menghabiskan waktu 5 menit di masjid, selepas itu, kami langsung
berjalan dengan segera untuk kembali ke rumah.
Ibarat
seperti habis isi bensin, energi yang telah kami isi harus diurai lagi dengan
cara beraktivitas. Aktivitasku setelah ini
adalah membantu para pekerja. Karena dari dulu aku ingin sekali mengaduk semen,
jadi aku memilih pekerjaan mengaduk semen. Pekerjaan yang harus dilakukan
secara professional. Kalau salah cara pegang pikulnya, dan diangkat... uuh!
Jadinya bisa syaraf kejepit itu! Langsung dibawa ke klinik atau spesialis
syaraf.
Akhirnya, aku minta tolong diajarin cara menggunakan pikul yang benar, cara
mengaduk semen yang benar, bahkan cara pegang pikul yang benar. Setelah aku
100% mengerti, akupun mulai mengaduk campuran semen, pasir, dan air yang sudah
ditakar oleh pekerja yang membantuku. Namanya Wak Jek (nama aslinya Zakariya).
Namun tak disangka, rupanya aku mendapat pekerjaan tambahan. Aku diminta untuk
memasukkan semen ke setiap ember yang diberikan padaku. Aaiihh.. senangnya bisa
dapat amanah lagi! Aku sudah 2 kali mengisi ember secara kepenuhan. Itu karena
tanganku lelah jadi agak susah mengontrol. Dan solusiku adalah.... mengganti
pikulan dengan skop jumbo size! Yay! Aku cukup terbantu dengan skop tersebut!
Akhirnya pekerjaanku selesai di ember ke 35 atau 34 gitu. Ahh.. leganya...
Akupun masuk ke dalam
rumah untuk melihat apa yang sedang bunda dan ayah lakukan. Rupanya, mereka
sedang minta tolong ke para pekerja untuk memindahkan dapurnya ke halaman
belakang. Dan dengan detail dan rinci bunda dan ayah menjelaskannya pada para
pekerja. Dan saat bunda dan ayah selesai memberikan penjelasanpun pekerjanya
sudang oke mengerti. “Bun, ruang buat dapurnya jadi tempat apa?” tayaku pada
bunda. “Buat studio ayah!” jawab bunda santai yang langsung membuat mata ayah
terbelalak. “Ga ah.” Jawab ayah yang membuat kami berdua bernegosiasi dengan
ayah sampai ayah mau. Itulah tekadku dan bunda. Walaupun mengulur waktu
bermenit-menit, usaha kami membuahkan hasil yang “warbyasah”. Ayahpun akhirnya
mau! Yippey... :D. Setelah aku ikut
bantuin bunda membujuk ayah, akupun izin pinjam HP bunda untuk medesain barang
apa saja yang akan ada di dalam kamsarku. Berikut dibawah ini ya gambarannya!
17.20
Made By : Alifa helping With Sweet Home 3D aplication
|
|
Setelah selesai mendesain, aku awalnya izin pinjam HP bunda lagi untuk
bermain game HAGO. Namun bunda melarangku dan mengajakku dan ayah untuk
membantu dirinya ke rumah makan padang dan membeli 5 bungkus paket nasi padang.
What the?? Subhanallah! Harga paket nasi padang disini lumayan juga yah. Di
depok nasi padang rata-rata maksimal Rp.12.000, minimal Rp.10.000. Disini,
kebanyakan minimal Rp.12.000, maksimal Rp.15.000! waw! Harga yang waw ya! Oh
iya, rumah orang yang memiliki tanah kami, terletak di samping minimarket lho!
Dan ukuran rumahnya, wow.com! Seperti istana kecil!
Dan bunda dan ayahku sudah 2 kali dijamu ke halaman belakang rumahnya untuk
menandatangani surat. Warna rumahnya emas dan juga krem. Nama orangnya adalah
pak haji Lupus. Pak haji ini punya usaha material serta pertanahan &
rumah-rumah lho! Sedangkan istrinya membuka toko rias pengantin di bangunan
samping rumahnya. Okey, lanjut lagi bos! Setelah membeli nasi padang, kamipun
memberikan nasinya ke pekerjanya. Setelah itu kami pulang sebelum adzan Dzuhur.
Karena kami akan melakukan acara rapi-rapi secara besar-besaran di rumah siang
ini.
Sekian cerita petualanganku ke Bogor kali ini guys! I hope you will enjoy
my article! Oh iya, aku sekalian mau bertanya nih guys, bagaimana pendapat
kalian jika ada seseorang yang rumahnya jauh dari sekolahnya dan harus menaiki
kereta dan beberapa transportasi lainnya untuk bisa sampai di sekolahnya?
Seperti aku ini. Rumahku nanti akan di Bogor, namun sekolahku tetap di MI
TechnoNatura Kelapa Dua Depok. Tuliskan pendapat kalian di kolom komentar ya!
Arigato Ghozaimas! Wassalamu’alaikum pembaca!
Comments
Post a Comment