Camping Zeru #1

Assalamu’alaikum dan halo teman-teman!! Sesuai dengan judul postingan blog kali ini, aku akan menceritakan keseruanku Camping di gunung Salak Bogor. Ini adalah acara dari sekolahku, TechnoNatura Depok. Selamat membaca!






Hari Senin, 17 Desember 2018
Pagi ini, aku bangun masih jam 5.30 pagi. Ya, walaupun aku bangunnya sudah 16 menit lebih cepat dari hari kemarin. Namun kalau saat camping nanti aku bangun jam 5.30, habislah aku akan berurusan dengan kelompok serta mentor-mentor. Sebaiknya esok aku tidur lebih cepat dan bangun 1 ½ jam lebih pagi, yakni jam 4 pagi. Setelah bersegera shalat Shubuh, aku merapikan kasur yang telah kutidurkan semalam. Waktu aku merapikannya, aku masih terantuk-antuk, untung bukan pas lagi shalat. Sehabis merapikan kasur, disaat inilah aku mulai melambat. Saat-saat aku menggunakan baju setelah mandi. Akibat tidur terlalu malam dan belum menyiapkan baju untuk pagi ini dari semalam, aku jadi bingang-bingung dulu saat memilih baju untuk kupakai pagi ini. Fyuh.. untung aku Cuma ditegasin ayah dengan cara pintu kamar diketuk dan ayah bilang ‘kak, ayah bisa berangkat beberapa menit lagi lho’ sekali saja, kalau sudah jadi 3 kali, bisa-bisa pagi ini aku divonis tidak sekolah karena kelambatannya diriku. Setelah melakukan rutinitas pagiku dengan segera, akupun menyiram 11 pot tanaman dari bude aku. Tanamannya kusiram menggunakan air yang sudah ditampung di botol LeMineral. Waktu menyiram tanaman tersebut, aku sambil agak bersungut-sungut, tidak seperti biasanya. Ya iyalah aku bersungut-sungut, salahdua pot berisi tanamanku tercabut hingga akarnya! Hmm.. kemungkinan ini ulah adik sepupuku yang sedang bermain semalam! Sepertinya. Setelah menyiram tanaman, aku menyiapkan jualan serta bekal untukku hari ini. Saat aku sedang menutup cooler untuk es jualanku, tiba-tiba seseorang memanggil. Assalamu’alikum, Assalamu’alaikum.. kreng, kreng. Orang itu mengucap salam sambil menggoyangkan pagar rumahku. Refleks aku berlari dari dapur ke ruang tamu. Begitu aku lihat orangnya dari dalam rumah lewat jendela, buru-buru aku menjawab salamnya dan bilang tunggu sebentar wak! Bunda, ayah, ada wak Dedi tuh! Seruku sambil mengetuk pintu kamar mereka. Bunda sambil tertatih-tatih keluar dari kamar dan mengammbi mukena, sedangkan ayah ke teras depan untuk menyambut wak Dedi.bunda berjalan tertatih-tatih karena bunda sedang drop kondisinya. Mungkin terlalu lelah. Oh iya, wak Dedi adalah tetanggaku yang punya keahlian meronvasi bangunan. Beberapa hari lalu, ayah memannggil wak dedi untuk membantunya merenovasi (kecil) kamar bunda dan ayah, namun wak dedi tidak bisa hari itu, sehingga diganti jadi hari senin ini. Kak, nanti bunda ga masuk dulu ya, bunda lagi drop nih. Kata bunda saat berjalan ke ruang tamu denganku. Akupun mengangguk. Setelah wak Dedi masuk ke dalam kamar bunda dan ayah untuk mengecek keadaannya, wak dedi-pun menjelaskan kenapa itu bisa terjadi. Rupanya karena rembesan air dari lantai dua yang meresap ke dalam lantai dan membuat bagia bawah lantainya rapuh. Setelah kami bertiga ber-ooh, wak Dedi-pun memberi tahu apa alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan renovasi kecil di kamar bunda dan ayah ini. Dengan cepat bunda menuliskan alat dan bahan yang disebutkan wak Dedi untuk melakukan renovasi kecil di kamar bunda dan ayah. Sehabis wak Dedi memberi tahu aat dan bahan tersebut ke ayah dan bunda, ia-pun berpamitan pada kami. Persis saat wak Dedi membuka pintu rumah, embah aku juga saat itu sedang membuka pintu pagar. Biasanya sih habis dari jalan-jalan pagi. Setelah saling sapa satu sama lain antara embah dan wak Dedi, embahpun masuk kedalam rumah dan menonton TV untuk hiburan atas kerja kerasnya memasak dari jam 04.30 pagi tadi. “kak! Bantuin yuk kak!” seru ayah dari kamar ia dan bunda. “Bantu apa yah?” Kataku sambil menongolkan kepalaku dari daun pintu. “Nih, pindahin barang-barang disini ke kamar kakak ya.” Jawab ayah santai. “Ooh. Eh! Kok di kamarku sih?” Tanyaku panik. “Mau dimana lagi kak? Numpang dulu 5 hari yak?” Kata ayah yang bunda jadi soundtrack “please..kak..” dibelakang ayah. “Aku sih boleh aja, tidur aku nanti dimana dan gimana?” Tanyaku. “Tinggal izin tidur kamar embah untuk 2 hari aja, 3 hari tidur waktu di camping, 2 hari sudah bisa tidur disini lagi kan?” Jawab ayah yang kususul dengan anggukan. Selesai. 3 menit kemudian, aku dan ayah sudah mulai sibuk dengan acara memindahkan barang-barang dikamar ayah dan bunda ke kamarku. Sedangkan bunda sedang menyiapkan barang jualan yang akan ia titipkan kepadaku saat berangkat nanti. 10 menit kemudian, kamar bunda dan ayah sudah kosong. Setelah bunda memasukkan bekal ayah kedalam tas ayah, kamipun berangkat dengan resiko besar akan terlambat. Uugh.. baru sampai juanda aku sudah keberatan dengan bawaan kami! Ada cooler kecil jualanku yang kupangku disebelah kanan, Cooler besar titipan bunda di depan (yang tentunya akan membuat ayah sering mundur-mundur untuk memperbaiki posisi duduknya), Tas jualan snack bunda yang kupangku disebelah kiri (whaa.. gedenya 2x kepalaku!), Tas ransel yang kugendong, Aku megangin tas ransel ayah. Sesampainya di parkiran sekolah, waktu aku mau turun dari motor... gedubabarak! Cooler jualanku jatuh! Untung tutupnya tidak lepas seperti waktu tu, Cuma talinya aja yang lepas. Tergopo-gopoh mirip tukang kuli aku masuk ke dalam gerbang techno setelah salim ayah. Setelah menaruh tas dan cooler jualan bunda di kantin, akupun berlari secepat mungkin ke kelas, tapi jadi berjalan ketika di tangga. Setelah menaru tas, mengeluarkan mutaba’ah iqra, akupun shalat dhuha, dan bersegera ke kelas iqra kak dhani. Setelah mengaji iqra, akupun kembali ke kelas bersama dengan zahwa. Sesampainya di kelas, aku dan teman-teman diminta berkumpul membuat lingkaran bersama dengan kak Novi. Kak Novi menjelaskan bahwa bagi yang masih mempunyai hutang cepat dilunaskan sebelum berganti tahun ajaran, khususnya untuk syauqi yang akan ke thailand minggu depan. Setelah fix tidak ada yang punya hutang, perempuan dan laki-laki berbagi tugas merapikan kelas. setelah suit dan yang menang perempuan, perempuan memilih untuk merapikan loker dan laki-laki yang merapikan tembok pinggiran kelas. sebelum aku membantu teman-teman, kak Novi minta tolong padaku untuk menyisakan uang 15.000 untuk bayar galon yang belum dibayar dari sebulan yang lalu ke pak Nunu. Saat snack time, semua sudah rapi loker dan pinggiran temboknya, dan pak Nunu atas keajaibannya datang, padahal aku yang mau ke technopark untuk mencarinya dan menyerahkan uang 15.000 itu. Setelah menyerahkan uang tersebut, akupun memakan snack yang kubawa dari rumah. Setelah makan snack, aku ikutan main bola dengan yang lain, dan waktu aku jadi kiper, aku mau nangkep bolanya, althaf tendang dan bolanya mantul hingga.. krasak! Bolanya-pun jatuh kebawah... ganti!! Seru teman-teman. Althafpun Cuma bergumam iya. Ya memang dia yang salah! Dibilangin mainnya santai aja! Bolanya sudah mau ditangkap! Dia tendang lagi! Otomatis mantul lah! Level 5 masuk! Seru Affa setelah bola jatuh dan permainan bubar. Setelah kami berdo’a, kamipun kumpul ke terpal untuk mendengarkan cerita dari seorang narasumber. Waktu sudah berkumpul diterpal, saat narasumbernya naik ke panggung, dan belum mengenalkan diri, aku sudah kenal dan tidak asing lagi dengan wajah itu... Wajah ayahnya kak Zharfan! Beberapa kali aku bertemu dengannya secara dekat dan saling sapa dengan bunda dan ayah. Saat ia memulai bicara, ternyata orangnya ga tegang-tegang banget! Menyenangkan dan ramahnya bisa dibilang banget-banget. Aku sanngat suka cerita saat orang rombongan petualang-nya dari korea, melempar monyet dengan buah! Aku jadi punya kesimpulan dan pelajaran baik dari cerita ini: jangan melakukan sembarang hal tanpa bertanya kepada yang sudah lebih tahu! Setelah ayah kak Zharfan bercerita dan menunjukkan foto-fotonya waktu travelling, kamipun kumpul dengan kelompok dan mengelilingi 4 pos, setelah itu barulah bersiap shalat Dzuhur. Waktu shalat Dzuhur, ada kejadian yang membuat teman-teman membahasku saat makan siang. Masa Alifa kalau bersin pas shalat jadi loncat mundur! Iya, memang kebiasaanku kalau bersin suka loncat mundur, kebiasaan permanent. Setelah makan siang, level 4-9 kumpul dengan kelompoknya, untuk bagi-bagi alat dan bahan kelompok. Oh iya, berikut dibawah ini anggota kelompokku ya pembaca:
1.      Kak Salama (9)
2.      Kak Zea (8)
3.      Kak Azizah (8)
4.      Kak Raisha (8)
5.      Kak Innaya (7)
6.      Kak Niswah (6)
7.      (Kak) Haifa (6)
8.      Alifa (5)
9.      Afiyah (4)
10.  Shafwa            (4)      
Aku agak baper dengan kumpul kelompok setelah ishoma! Karena kami tidak ada yang punya nesting, juga tenda (walaupun kecil), jadi 1 orang patungan 50.000, ga apa-apa sih, Cuma...di pos packing diminta bawa uang 20.000, di alat dan bahan pribadi 25.000! Total, 95.000! belum keperluan campingku lainnya! Kasihanlah bunda dan ayah! Maka dari itu, aku akan menyelesaikan rasa penasaranku dengan bertanya ke kak Aji saat pulang sekolah. Saat aku bertanya... “20.000 itu ganti jadi 15.000 aja, 25.000 itu pegangan kamu aja, intinya minimal bawa 15.000 untuk pegangan kamu lah!” jelas kak aji “oke, makasih kak” ucapku. Hahh... lega deh! Oh iya, berikut ini alat dan bahan kelompok yang harus kubawa ya:
1.      Kasa 1 kardus
2.      Balsam 1 buah
3.      Hansaplast  1 (gulung)
4.      Sarung 1 buah
5.      Betadine 1 botol
6.      Plastik tahu 1 pak (@50 lembar)
7.      Spons besi 1 buah
Sepulang sekolah hingga setelah shalat Isya, rutinitasku seperti biasa berjalan dengan lancar. Karena setelah shalat isya aku mulai berpacking untuk persiapan camping lusa nanti. Cuma kan, kata panitia besok tasnya dibawa, dan jangan sampai ada barang selain makanan yang belum lengkap1 jawabku saat ayah bertanya mengapa harus packing malam ini. Setelah sudah packing... rattaa!! Packing sudah siap! Sekarang aku tinggal cek-cek’in’ barang apa lagi yang kurang. Dan saat aku lihat list barang pribadi yang diberikan panitia tadi... Hyaa!! Kurang senter! Gimana nih! Kurang senter sama baterai cadangannya lagi! Eh, bentar.. Oh iya! Kurang Al-Qur’an juga! Kataku panik sambil loncat-lonat. “Mba lifa ngapain loncat-loncat sih!” Tanya Vito yang kutanggapi hanya dengan bilang, “bentar ya Vit!”. “Bunda! Maaf, Qur’an ungu kita mana ya?” Tanyaku pada bunda. “hmm.. ah! Dii Techno kak!” jawab bunda yang akhirnya kuberi tanda dari tangan yang menunjukkan “oke”. Umm.. oh iya, uang patungan kelompok sudah diamplopin, sekarang tinggal uan­­­-, ups! Bunda-kan bilangnya besok aja ya! Untung aku ingat! Gumamku. Kembali ke urusan senter, setelah mengurus urusan uang... Uuhh.. senternya gimana nih! Kataku. Pinjam om Arif saja ah! Servis besok ga keburu, hari ini, udah malam! Pikirku. 5 menit kemudian, aku sudah kembali dari rumah, habis izin pinjam senter om aku, dan aku sudah pamit ayah, tentunya. Om aku bilang, mau dicari dulu senternya, besok pagi kesini lagi aja! Kata om aku yang aku iyakan sambil bilang makasih dan pamit pulang. Nah, sekarang udah cukup lega deh! Barang yang ada diluar tasku hanya sleeping bag yang akan ku selempang, sisanya sudah masuk tas! Ah.. Lega deh! Pamit tidur ah! Batinku. Bangun pagi besok ya kak! Kata bunda saat aku menutup pintu kamar. Aku menganggukmantap dari balik daun pintu. Sekian dulu cerita hari Seninnya ya! Wassalamu’alaikum..

Selasa, 18 Desember 2018
Wach! Sudah jam 7?! Buru-buru aku memasukkan bekal kedalam tas. Setelah memasukkan bekal ke dalam tas, cepat cepat aku izin ke bunda untuk dimodalkan uang 10.000. “Untuk beli 2 baterai besar bun! 1 untuk dipakai di senter om, 1 lagi cadangannya!” Jawabku saat bunda tanya untuk apa aku beli 2 baterai. Setelah bunda mengiyakan dan memberikanku uangnya, cepat-cepat aku bilang makasih dan mengucap salam. 5 menit kemudian... “Assalamu’alaikum!” Seruku dari ujung pintu, dan langsung membungkus baterai cadangannya dengan plastik kiloan, lalu memasukkannya ke dalam tas (mini) carrier. Setelah itu, aku langsung megajak ayah berangkat, takut nanti telat. Uugh! Berat banget! Rempong lagi! Ujarku dalam hati saat sudah sampai di kawasan RTM. Ya iya lah! Termos jualan bunda yang besar di pangku bagian sebelah kanan aku, termos kecil jualanku, di sebelah kiri, tas ransel khusus buku sosial dan bekal di tengah, tas carrier kugendong, tas snack jualan bunda didepan! Bayangkan! Serempong apa aku dan ayah! Bahkan petugas parkir di Alfamidi depan RTM 16, melihatku dengan aneh. Yaa.. tapi aku mungkin Cuma ge-er, kan banyak orang dijalan raya! Bisa saja si bapak melihat orang lain. Pikirku. Sampai di sekolah, setelah menaruh jualan bunda di kantin, akupun berjalan ke kelas dengan tergopoh-gopoh. Sampai di lapangan level 5&6, belum masuk kelas, aku sudah diledekin. “Whahaha! Sekolah apa pindahan bu! Rempong amat!” seru zahwa yang disusul tawa teman perempuan lainnya. Aku yang diledek Cuma nyengir. Setelah sesi agama selesai, kami-pun kumpul ke kelompok masing-masing. Tugas kami sekarang kumpul ke level 8 untuk mempacking barang-barang, makanya disuruh bawa tas carriernya. Lifa! Kita senternya sama!” Seru Haifa, kamipun saling tepuk senter. “Bedanya senter aku sudah dicoret-coret Hai!” Jelasku  ke Haifa. Setelah kami saling tertawa, kamipun diminta kak Lia untuk menjelaskan barang apa saja yang kurang. Berikut barang-barang aku yang belum lengkap:
1.      Botol minum
2.      Air 1,5 liter
3.      Obat-obatan pribadi
4.      Slayer
5.      Buah (aku maunya Pear)
6.      Snack kecil
7.      Piring plastik
8.      Sendok plastik
9.      Uang pegangan
10.  Sarung tangan
11.  Al-Qur’an
12.  Beras
13.  Telur
14.  Susu kotak
Uhh.. setelah aku instropeksi diri, banyak juga barangku yang kurang ya! Setelah dicek apa saja yang kurang, masih ada break sebentar, sehingga kak Innaya meminta kami mengumpulkan uang sewa. “Rapi amat Lif”. Celetuk kak Salama saat melihat uang sewa yang dariku diamplopin. Aku sih Cuma bisa nyengir he he aja. Setelah break yang singkat, kami-pun diizinkan snack time. Saat snack time, aku hanya tiduran sambil duduk di kursi setelah makan snack, hingga akhirnya aku iseng-iseng ke technopark 2, barangkali sudah diminta kumpul kelompok. Whalaw! Ternyata benar lho! Sudah diminta kumpul kelompok. Dari tangga ku nonggolkan kepala, menarik nafas yang panjang dan.. “LEVEL 4 SAMPAI 6 KUMPUL DI TECHNOPARK 2!!!” Teriakku. Langsung semua kocar-kacil rebutan pakai sendal dan berlari-lari kecil. Sekarang, saatnya kelompokku dan beberapa kelompok lainnya ke pos masak, untuk latihan masak nasi. Berikut dibawah ini langkah-langkah memasak nasi waktu lagi camping!:
1.      Pastikan nestingnya bersih dari apapun (kerak, dan berminyak yang paling sering)
2.      Masukkan beras ke nesting yang akan digunakan
3.      Cuci beras tersebut
4.      Masukkan lagi air ke dalam nesting berisi beras sebanyak 2 ruas jari telunjuk
5.      Masak nasi tersebut dalam keadaan nesting tertutup
6.      Cek nasi tersebut dengan cara diaduk selama 10 menit sekali
7.      Biasanya nasi dapat matang 30-45 menit
8.      Tada! Nasi sudah siap dihidangkan!
Jangan lupa ditambah mecin dengan merek Ma***o atau R**c* ya! Maaf, hanya selingan bercanda. Karena tugasku mencuci nesting sudah selesai, sekarang aku ingin memperhatikan kakak kelasku yang sedang memasak nasi. Dan aku ber-ooh. Saat itu juga, kak innaya tiba tiba nyeletuk penugasan waktu camping nanti:
Bangun tenda kecil:
1.      Alifa
2.      Shafwa
3.      Afiyah
Bangun tenda besar
1.      Kak Salama
2.      Kak Innaya
3.      (Kak) Haifa
4.      Kak Niswah
5.      Kak Nabila (mungkin)
Masak:
1.      Kak Innaya
2.      Kak Salama
3.      Kak Zea
4.      Kak Azizah
5.      Kak Raisha
6.      Kak Nabila (mungkin juga)
Cupir (Cuci Piring)
1.      Alifa
2.      Afiyah
3.      Shafwa
4.      Kak Niswah
5.      (Kak) Haifa
Setelah mendengarkan percakapan kecil dari kak Innaya tadi, akupun memberitahuannya pada Haifa dan kak Niswah. Merekapun ber-ooh saja. It’s okay! setelah aku mengabarkan hal tersebut kepada kak Niswah dan Haifa, mamanya Afiyah-pun datang membawa tas camping Afiyah. Afiyah memang minta tolong dibawakan tas camping ia oleh ibunya. Ia mengaku kalau dibawa langsung tadi pagi, motornya kepenuhan! Jelas Afiyah waktu kutanya mengapa tas ia diantarkan. Pas banget! Setelah aku membantu Afiyah membawa tas campingnya ke level 4, nasi kelompokku sudah matang! Tapi masih lembek sih. Dan  ide antah berantah dari kak Innaya datang.. kak Innaya meminta izin kepada kak Niswah untuk menggunakan telur yang ia bawa, kak Niswah-pun menyetujuinya. Kak Innaya akan membuat telur dadar! Mumpung nasinya masih lembek dan bisa di masak beberapa menit lagi, ia meletakkan nesting baru diatas nesting untuk memasak nasi. Pshh.. pletak, tuk, pletak, kuk! Suara telur waktu di pecahkan diatas nesting tersebut. Ta disangka, setelah ia mengaduk-aduk telurnya, ia menambahkan.. Mecin merk Ma***o di telurnya!! Semuanya heboh langsung.. haifa, kak Niswah, Afiyah, Shafwa, bahkan kak Azizah dan kak Zea! Hihh.. aku tidak ada tertarik untuk mencoba telur dadar bermecin itu. Saat telur sudah matang.. semua anggota kelompokku berebutan ingin mencoba, kecuali aku dan kak Raisha. Setelah telur dadar habis dilahap, nasipun sudah matang, sehingga... kali ini aku ikut-ikutan ingin mencoba rasa dari nasi tersebut!! Enggak heboh banget sih, Cuma antri dibelakang shafwa. Ahh.. nasinya enak banget.. empuk, agak lembek, tawar, hangat pula! Setelah kami semua memakan nasi bagian masing-masing, kamipun diminta kak Innaya untuk mencuci nesting yang kami gunakan untuk memasak. Aku beserta Shafwa dan Afiyah bagian menucuci sutil kayu dan nesting untuk memasak nasi. Sedangkan haifa dan kak Niswah mencuci nesting untuk memasak telur dadar tadi. Karena nasi yang kelompokku masak banyak sisa kerak-nya, kami harus merendamnya hingga waktu pelajaran ketiga dimulai. Lebih teatnya setelah ishoma. Saat ishoma, ada kabar yang kurang mengenakkan untuk yumna dan chaca. Mereka hanya bawa nasi sebagai karbohidrat dan tidak bawa lemak untuk lauk! Kak Novi menawarkan lauk yang kak Novi bawa. Nihil, mereka berdua tidak mau. Ehh.. ideenya msg banget! Yang benar saja! Mereka berdua mau makan nasi pakai R**co! Ya jelas kak Novi melarang! “Kak Novi setuju kalau kalian telefon orang tua kalian dulu!” Jelas kak Novi. Mereka berdua tukar pandang dulu sesaat, lalu sepakat mengeleng bersama. “Kita main karet aja kak!” Tambah Yumna. Kak novi menatap mereka. “Beneran nih?” Tanya kak Novi yang dibalas anggukan Chaca. Saat aku selesai makan, aku ikutan main karet dengan teman-teman. Jujur, aku kesulitan dibagian karet Pinggang! Kelibet karetnya terus! Ada beberapa tahap dalam bermain karet lompat, yakni:
1.      Dasar
2.      Mata kaki
3.      Lutut
4.      Pelipis
5.      Pinggang
6.      Dada
7.      Bahu
8.      Telinga
9.      Kepala
Akh! Aku sudah 2 kali ngolong, sehingga membuat tim aku kalah.. Hiks.. sori ya guys :(. Saat tim aku yang jaga, saatnya jam pelajaran ketiga dimulai. Jam pelajaran ketiga ini dikhususkan untuk packing (bagi yang mau), latihan membangun tenda, serta pembagian bahan masakan untuk esok. Sebelum aku, shafwa, dan afiyah membangun tenda kecil, kami bertiga-pun membersihkan nesting bekas memasak nasi tadi. Uwah!! Keraknya sudah jadi lembek! Ayo cepat-cepat dicuci! Seruku untuk menyemangati mereka berdua, menyemangati diriku juga sih :). Setelah mencuci nesting tersebut, tenda kecil sudah berdiri, sehingga aku membantu mendirikan tenda besar bersama 2 adik level 4 kelompokku. Ahh.. lega banget! Setelah 3 kali bongkar-pasang tenda besarnya karena salah jumlah tiangnya. Ah.. selesai juga deh pembangunan tenda besarnya! Setelah mendirikan tenda besar tersebut, aku beserta kedua adik kelas level 4 merubuhkan tenda kecil dan memasukkannya lagi kedalam tasnya. Setelah kedua tenda kelompokku dirubuhkan, semua murid dari level 4-6 berkumpul di terpal. Dengan keadaan membawa tas carrier-nya. Namun sekali lagi bagi yang membawa saja. Brugh! Itulah bunyi saat tas carrierku jatuh di terpal. Untung jatuhnya tidak kencang! Kak, aku izin ke kelas dulu, mau ambil sesuatu! Izinku ke kak Nabila. Kak Nabila-pun mengangguk. Aku ke kelas untuk mengambil thermos jualan dan tas khusus buku belajarku, biar saat waktu pulang, aku tinggal bawa ketiga  bawaanku ke techno park atau level 4. Diskusi kami berjalan dengan (cukup) lancar karena kami kompak. Hanya ada 2 masalah kecil. Yang pertama, kak Raisha saat sedang diskusi pembagian bahan masakan, ia justru bermain HP, bermain permainan di HP lebih jelasnya. Yang kedua, Haifa dan Afiyah meniup-niup balon yang mereka bawa. Sudah, dua itu saja. Nah, tugasku hanyalah membawa makaroni untuk memasak sup makaroni di hari Kamis malam. Kalau pembagian membawa barang kelompok, aku kebagian membawa 1 buah gas dan juga 1 set nesting. Mulai dari sore hingga setelah mengaji rutinitas setelah Maghrib, semua berjalan dengan baik-baik saja seperti biasanya. Hingga setelah makan malam, aku mulai di tegaskan untuk bersegera menyiapkan tas untuk esok. Fyuh! Aku berhasil! 55 menit merapikan tas untuk esok. Hiyah! Aku harus tidur sekarang! Biar besok bisa bangun pagi-pagi! Met bobo bunda, ayah. Sampai jumpa esok... Assalamu’alaikum... ucapku dari ujung daun pintu. Wa’alaikum salam kak.. Dahh.. ucap bunda, ayah hanya tersenyum tipis. Sampai di kamar embah, saat aku sudah naik ke kasur dan bergelung nyaman dengan selimut, mataku tiba-tiba terbuka. Terbuka untuk mentitikkan setetes besar air mata.

Eittss.. Belum selesai cerita Campingku! Masih berlanjut lho! Baca kelanjutan cerita Campingku di artikel Camping zeru #2 ya! Byee... Wassalamu'alaikum teman-teman!

Comments

Popular posts from this blog